(Merdeka, 1982) Kehidupan Teater di Riau: Menyalakan Kembali Obor yang Redup

Kehidupan Teater di Riau: Menyalakan Kembali Obor yang Redup

Oleh: Bismark Tampubolon

 teater-riau

MENCATAT  peristiwa perkembangan teater di daerah Riau , bukan suatu hal yang mudah, sebab teater di daerah Riau telah ada dan berkembang sejak nenek moyang kita menhayati hidup dan kehidupannya. Bentuk teater sejakitu muncul, seperti: Makyong, mendu, Randai, Bangsawan, Tonil, dan lain sebagainya.

Bentuk teater ini menyatu dengan peristiwa kehidupan masyarakat di sekitarnya, kemudian subur dan kokoh sebagait eater daerah yang spesific, ketika bentuk-bentuk sosok teater  luar memasuki khazanah per-teateran di daerah Riau, seperti “Teater Dardanella”, “Teater Ratu Asia”, dan lain sebagainya.

Di penghujung peristiwa besar, bahwa Riau akan disatukan sebagai daerah Propinsi, maka pada tahun 1957 seniman-seniman Teater di Pekan baru menyelenggarakan suatu lomba teater se-kotamadya Pekanbaru.

Lima tahun kemudian, bentuk lomba ini, tepatnya tahun 1962, Riau telah berstatus Daerah Propinsi, dilanjutkan dengan lomba teater dengan ruang lingkup yang lebih luas. Kegairahan berteater yang diwarisi oleh nenek moyang kita semakin berkembang. Tapi kemudian memasuki Dekade    1970-an perkembangan tersebut dinilai menurun frekuensi pementasan tidak lagi sesemarak dekade sebelumnya, yang sesekali ditandai dengan pementasan bersama dalam bentuk lomba. Perkembangan kultur sosial di Riau menuntut perubahan-perubahan bentuk kreativitas teater, yang kemudian memebrikan warna dan corak  baru.

Hal tersebut tampil di Pekanbaru yang ditandai oleh munculnya seniman-seniman teater yang kemudian tampil dengan sesuatu yang baru. Walaupun pada hakekatnya “bernafas satu-satu”. Denyut nafas yang tersendat-sendat menuju kedewasaan dari perteateran di Pekanbaru inilah yang kiranya mengundang perhatian dan penangan yang serius sehingga kehidupan teater yang sehat dan segar dapat terwujud.Seperti kita maklumi teater yang sehat tidak saja merupakan penumpang dan penyalur bakat remaja ke arah yang positif, akan tetapi juga diharapkan merupakan wadah penampilan seniman-seniman kreatif yang bertanggung jawab terhadap moral dan kepribadian budaya bangsa. Dalam hal ini, secara implisit berarti oembentukan manusia seutuhnya melalui unsur-unsur spritual telah dilaksanakan.

Kegiatan berteater yang merupakan salah satu program Bidang kesenian Kanwil Departemen P dan K Riau, diusahakan sedemikian rupa dalam pelaksanaannya, seperti dalam ekgiatan sarasehan teater, yang mempertemukan potensi teaterawan di daerah ini, mengadakan lomba dan sebagainya. Ini dimungkinkanlahadanya fasilitas tempat maupun gedung yang cukup memadai dalam usaha menghidupkan kembali perteateran di Pekanbaru.

Karena sarana sebelumnya dinyatakan minim, namun saat ini terwujudlah perkembangan   perteateran dengan adanya di Gedung “Olah Seni” milik Kanwil Dep. P & K Riau di Tangkerang pekanbaru yang cukup menampung kegiatan segala bentuk kesenian budaya yang terus menerus  dilestarikan. Ini dimungkinkan lagi atas kesepakatan seniman maupun para teaterawan yang bersepakat untuk menggairahkan kembali kehidupan perteateran ini, seperti diistilahkan dengan “menyalakan kembali obor teater yang redup” Bidang Kesenian Kanwil  Dep. P & K Riau mengelola program yang terencana dan terarah menjadi kenyataan. Sehingga memunculkan kiasan “untunglah redup tidak menjadi padam”

Promosi dan Publikasi

Meskipun demikian secara menyeluruh Pekanbaru sebenarnya belum lagi memperlihatkan warnanya yang jelas pada peta dan mozaik kehidupan teater di Indonesia, banyak hal yang dapat dijadikan sebab mengapa hal itu terjadi. Yang barangkali kegiatan dan peristiwa kesenian di daerah ini yang kurang dapat promosi dan publikasi adalah salah satu sebab yang dapat disebut. Namun dapat dipastikan bahwa kehidupan teater modern belumlah menunjukkan abstraksi-abstraksi yang jelas.

Di penghujung tahun 1981 yang semula teater yang redup kembali menunjukkan sinarnya. Hal ini karena dimungkinkan kegiatan budaya yang dikelola oleh Bidang kesenian Kanwil Departemen P dan K Riau yang dananya ditunjang  oleh Proyek Pengembangan Kesenian Riau.

Lomba Teater Remaja Sekotamadya Pekanbaru tersebut yang dimulai sejak 25 s/d 30 Desember 1981. Peserta teater ada 10 termasuk teater sekolah menengah atas yang turut ambil bagian dalam lomba.

Dengan lima orang juri, diketuai oleh Ediruslah Pe Amanriza, tampil sebagai group terbaik I Teater Remaja SMA Negeri II dalam lakon “Tanda Silang” (***)

Sumber: Harian Merdeka, Jakarta, 11 Pebruari 1982.

Tinggalkan komentar