(Masa Kini, 1984) Wawancara dengan Puntung CM Pudjadi: Pentas Sebagai Ujian

Wawancara dengan Puntung CM Pudjadi: Pentas Sebagai Ujian

Oleh: Bambang Isti Nugroho

Puntung-Ancu-Heru PRass-840702-MK-Teater Shima- (1)

Puntung CM Pudjadi, Ancu dan Herry Prass dalam latihan untuk pertunjukan “SEKRUP”

Tanya    : Apa misi anda dalam membentuk group teater?

Jawab   : Teater sebagai organisasi. Saya juga lakukan pembinaan bagi tiap-tiap anggota. Dan ternyata juga sudah banyak manfaatnya. Misalnya dulu, anggota-anggota Teater Shima tidak…., sekarang sudah banyak yang berubah. Sedang teater sebagai kegiatan kesenian, yang penting bagi kami harus berbuat, berbuat kepada dunia kesenian, walaupun teater bagi mereka (tiap anggotanya) mungkin hanya berapa persen. Sebab mereka kan masih mahasiswa, itu sudah lumayan.

Tanya    : Dulu anda pernah berkata, teater yang anda pimpin sebagai teater tontonan, itu bagaimana?

Jawab   : ya, itu begini maksudnya. Kalau saya meletakkan teater sebagai kesenian, itu rasanya kok masih ngeri. Masalahnya yang pertama, teater itu kan masih dalam pembinaan penonton. Saya kuatir, kalau teater diletakkan begitu, maka yang bisa menikmati hanya kalangan orang kesenian sendiri.

Tanya    : Jadi, kalau anda meletakkan teater sebagai tontonan atau hiburan, lalu siapa yang anda sasar?

Jawab   : Semuanya, ya masyarakat bawah, kaum intelektual dan seniman. Makanya setiap dalam penggarapan, saya perlu merangkul semuanya. Dan menurut pengamatan saya sebagai sutradara, gaya teater Shima bisa sampai pada mereka.

Tanya    : Jadi setiap penggarapan ini, tidak ada niat memihak penonton awam atau kaum intelektual (seniman)?

Jawab   : Tidak!

Tanya    : Apakah teater sebagai tontonan, itu berarti sama dengan bentuk kesenian hibuaran lainnya, lawak misalnya?

Jawab   : O, ya lain. Sama-sama bentuk realis, lukisannya Basuki Abdullah kan ya tidak sama dengan lukisan yang dijual di pinggir jalan.

Tanya    : Apakah anda bisa menunjukkan segi lain itu?

Jawab   : Misalnya lawak itu kan hanya memancing ketawa penonton saja. Kalau Teater Shima disamping memancing ketawa, juga membawa penonton ke dalam emosi yang lain.

Tanya    : Sering Teater Shima disebut sebagai teater remaja, itu apakah ada alasan tertentu?

Jawab   : Itu kan anggapan beberapa orang saja, tapi kami menyadari, dibanding group-group teater lainnya seperti Teater Dinasti, Teater Alam dan teater yang lain, teater kami ini masih kecil.

Tanya    : Apakah itu gema dari produk festival teater SLTA?

Jawab   : Ya

Tanya    : Sekarang sikap anda sebagai sutradara, apakah anda punya target terhadap naskah yang anda tampilkan?

Jawab   : Saya dalam tiap penggarapan, selalu menuruti pemain. Saya mencoba mengusahakan naskah yang sedekat mungkin dengan kemampuan dan kemauan mereka. Ini sementara saja. Entah nanti kalau saya sudha berkembang.

Tanya    : kaau begitu, naskah yang anda ciptakan itu, sudah ada gambaran bahwa peran ini untuk si YB sedang yang ini untuk Iin. Bagaimana itu prosesnya?

Jawab   : Ya, memang ketika membuat naskah ini, saya sudah punya gambaran tentang peran ini untuk siapa dan sayapun kadang menciptakan tokoh susulan, apabila salah satu anggota teater Shima ada yang belum kebagian peran. Jadi dalam proses membuat naskah, saya banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor luar, misalnya pemain atau anggota Teater Shima.

Tanya    : Kalau begitu, apakah setiap naskah selalu begitu prosesnya?

Jawab   : Tidak. Naskah ini memang saya buat khusus untuk Teater Shima.

Tanya    :  Apakah cara seperti itu juga anda pakai misalnya dalam menggarap naskah lain yang bukan karya anda sendiri?

Jawab   : Ya. Saya mesti akan menyesuaikan dengan gaya Teater Shima. Misalnya saya menggarap Macbeth, maka Macbethnya juga khas YB. Naskah itu pasti saya ketik ulang, dan dialog-dialognya juga saya sesuaikan dengan gaya Teater Shima.

Tanya    : Sekarang kita kembali kepada hiburan, apakah Teater Shima sudah memenuhi syarat sebagai hiburan?

Jawab   : Sangat memenuhi syarat. Alasannya dari pengalaman-pengalaman pentas kemarin, dan sayapun juga menyebar beberapa orang untuk menilai, tapi mereka bukan para kritikus loh. Kalau kritikus itu lain, pandangannya mesti lain. Saya kadang-kadang ngeri loh kalau pentas di Senisono itu. Berbeda kalau pentas di Arisan Teater itu. Jadi kalau pentas di Seni Sono itu, justru saya utamakan untuk para kritikus.

Tanya    : Kalau begitu anda punya niat untuk berkesenian?

Jawab   : Ya, soalnya ini didukung oleh dunia kesenian kita. Jadi sulit sekali.

Tanya    : Kalau begitu, anda cenderung kepada seniman dan kritikus?

Jawab   : Ya, karena mereka itu sangat berpengaruh sekali.

Tanya    : Apakah anda sangat risih terhadap kritikus?

Jawab   : Ya.

Tanya    : Apakah di Yogya menurut anda ada kritikus?

Jawab   : Indra Tarnggono dan Veven Sp Wardhana (sambil tertawa)

Tanya    : Dalam pentas “SEKRUP” besok itu, apa yang ingin anda tonjolkan?

Jawab   : Semuanya, dalam permainan  tidak bisa ada yang diabaikan.

Tanya    : Apakah anda percaya bahwa teater mampu sebagai tontonan?

Jawab   : Mampu! Paling tidak Teater Shima. COba lihat kalau ada acara tujuh belasan di Balai RK, teater kan harus melawan tontonan-tontonan yang lain. Sebab kalau tidak akan termakan.

Tanya    : Apakah dalam setiap pementasan Teater Shima anda selalu melayani penonton?

Jawab   : Tidak. Kami dalam setiap pementasan ingin selalu menghibur tapi tidak lalu mengorbankan kesenian. Maka dulu saya kan pernah bilang bahwa teater saya itu bisa dinikmati secara mentah atau mau mencari makna yang di balik itu.  Saya menganggap sah kedua-duanya.

Tanya    : Apakah dalam penggarapan SEKRUP ini, anda memilahkan sebagai pelatih, sutradara dan pengarang naskah?

Jawab   : Ya. Itu misalnya dalam rapat. Saya selalu mengatakan “Saya berbicara ini sebagai sutradara” atau “saya ini berpendapat sebagai pengarang naskah”. Jadi dalam proses penggarapan saya selalu memilahkan peran saya itu. Itu sangat terasa sekali.

Tanya    :  Tapakah anda sebagai sutradara cenderung diktator atau demokrat?

Jawab   : Saya berusaha jadi demokrat (sambil tertawa)

Tanya    : Apakah anda tidak setuju seperti yang dikatakan Azwar AN bahwa sutradara itu harus jadi diktator?

Jawab   :  Walaupun saya muridnya, tapi saya tidak begitu.

Tanya    : Apakah ada target dalam pementasan yang ingin anda capai?

Jawab   : Pertama semacam pelepasan beban saja. Sebab saya merasa punya tanggung jawab terhadap dunia kesenian itu. Itu yang penting bagi saya.

Tanya    : Jadi kalau pementasan itu dianggap sebagai pelepasan beban, apakah tidak ada yang lain yang ingin anda capai? Seperti misalnya untuk finansial, popularitas, atau yang lain lagi?

Jawab   : Tidak.

Tanya    : Kepada siapa beban itu ditujukan?

Jawab   : Kepada masyarakat. Kepada penonton.

Tanya    : Lalu apa harapan anda (Teater Shima) terhadap penonton?

Jawab   : Harapan saya supaya mereka mengerti bahwa teater itu ada. Tidak hanya seperti yang mereka tonton. Sebab selama ini barangkali mereka nonton teater di TV atau di acara tujuh belasan. Dengan mereka menonton di Seni Sono, bayangan mereka tentang teater itu makin luas.

Tanya    : Apakah dalam setiap penggarapan anda mendapat kesulitan?

Jawab   : Banyak sekali. Misalnya anggota yang tidak disiplin. Atau ngurus ijin yang tidak mudah. Itu hambatan. Saya yakin kalau ada tangan panjang atau ada cukong yang mau menangani itu semua, maka saya yakin sekali bahwa penggarapan saya akan dua kali lipat lebih bagus.

Tanya    : Apakah anda sangat mengharap bantuan dari lembaga kesenian atau tangan panjang yang lain?

Jawab   : Ya, justru berpendapat bahwa DKY itu seharusnya mengurus grup-grup teater yang baru berkembang. Jangan teater yang sudah mapan seperti Alam, Dinasti atau Teater Muslim. ANda bisa bayangkan bahwa teater-teater besar yang saya sebut itu dapat dana dari DKY Rp. 200.000 (dua ratus ribu rupiah) per tahun, padahal teater Mandiri itu, teaternya Sri Sadono yang tidak pernah berbuat apa-apa, itu juga dapat. Padahal menurut saya, uang sebesar itu, tidak banyak berarti buat mereka. Tapi coba kalau uang itu diberikan kepada teater yang baru berkembang (seperti Teater Shima), uang itu akan sangat berarti.

Tanya    :  Apakah Teater Shima tidak punya donatur tetap?

Jawab   : Tidak ada. Sedang teater-teater seperti Alam atau Muslim, punya donatur tetap.

Tanya    : Apakah anda punya rasa iri?

Jawab   : Ya terus terang (sembari tertawa ramai-ramai)

Tanya    :  Jadi dalam pentas SEKRUP Teater Shima besok tanggal 21 Juli 1984 itu, Anda juga anggota-anggota Teater Shima tidak berpikir untung rugi?

Jawab   : Tidak. Bagi kami kalau produksi itu sudah berjalan, ya sudah.

Tanya    :  Dan kalau teater Shima dikatakan sebagai teater remaja, apakah anda tidak punya rasa terganggu?

Jawab   : Tidak. Bagi saya, entah bagi yang lain. Makanya pentas besok itu, merupakan ujian bagi Teater Shima. Dan saya sudah siap.

Tanya    : Bagaimana kalau pentas Teater Shima besok itu digolongkan teater remaja atau teater yunior?

Jawab   : Saya akan berontak!!!

Sumber: Harian Masa Kini, 20 Juli 1984

Tinggalkan komentar