(Minggu Pagi, 1963) “Telah Pergi Ia, Telah Kembali Ia” Oleh Teater Muslim Jogjakarta

“Telah Pergi Ia, Telah Kembali Ia” Oleh Teater Muslim Jogjakarta

Oleh: Fauzi Etek

Arifin C. Noer

Drama dengan judul di atas telah dua kali dipagelarkan di kota Jogja. Pertama waktu peringatan hari Maulud Nabi Muhammad SAW,  yang kedua kalinya oleh HMI Komisariat Fakultas Hukum. Kedua pemanggungan ini diselenggarakan oleh Teater Muslim Jogjakarta.

Para pemainnya terdiri dari banyak muka baru kecuali beberapa orang seperti; Arifin C. Noer, M. Nizar dan Amoroso Katamsi. Penulisan naskah dan sutradaranya langsung di bawah tangan Arifin C. Noer, yaitu yang akhir-akhir ini begitu giatnya dalam penulisan naskah dan pemanggungan drama dalam lingkungan Teater Muslim.

Cerita berkisar pada suasana di waktu akan mengkatnya Nabi Muhammad SAW dan ketika baru mangkatnya beliau. Diperlihatkan dalam drama ini bagaimana murungnya suasana masyarakat Muslimin pada waktu Nabi akan mangkat. Dan gempat kacaunya di waktu kabar kemangkatan beliau tersiar. Perebutan kekuasaan, hasung-fitnah, dan huru-hara. Masyarakat bingung, Musailamah menampilkan diri sebagai Nabi (palsu), tapi Khalifah Abubakarlah yang akhirnya dipercaya dan diikuti masyarakat. Kejernihan segera timbul lagi.

Sebagai naskah, drama itu kurang kompak dan kurang padat. Penjalinan fakta-fakta historis kurang berurut dan tidak erat hubungan satu sama lain.

Pengejaran yang terlalu ambisius kepada komposisi puitis dan persajakan dialog-dialog dan koor menyebabkan sering-sering terasa mentahnya drama ini. Malah kadang-kadang terasa hambar dan longgar.

Teater Muslim - Telah pergi ia

Yang kita kagumi adalah pembentukan tokoh-tokoh dan komposisi pemain. Kemudian kelengkapan pakaian dan kesempurnaannya. Penyutradaraan pun cukup serius, selain keterlaluan (over-acting) yang dibiarkan saja pada pemain Musailamah. Tak dikira, M. Nizar setelah lama berdiam diri, dan yang dalam drama ini muncul sebagai tukang jahit yang bengal, berhasil melajukan permainannya dengan baik, sekalipun drama-drama jenis ini tidak sering disertainya.

Pemanggungan tanggal 10 Agustus di mana lk seperempat dari naskah telah dihilangkan dan beberapa pemain diganti, ditambah pula dengan penyempurnaan dialog dan acting oleh Saudara Arifin, ternyata telah menghasilkan pemanggungan yang jauh lebih sempurna bagi drama berat yang religius itu. (***)

Sumber: majalah Minggu Pagi, Nomor 25 tahun XVI, 22 September 1963.

Tinggalkan komentar